Bisnis.com, MATARAM – Ekonomi Nusa Tenggara Barat dihadapkan pada tekanan yang cukup berat sepanjang tahun ini.
Dari sisi eksternal, kinerja ekspor NTB tahun ini tertekan dengan terbatasnya kinerja tambang yang disebabkan oleh cadangan biji tembaga yang menurun. Tekanan ekonomi dari nontambang datang ketika bencana gempa bumi mengguncang Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa pada paruh kedua tahun ini.
Sebelum terjadinya gempa, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I dan II 2018 sebesar 4,87% (y-o-y) dan 7,23% (y-o-y). Kontraksi cukup dalam terjadi yakni sebesar -13,99% (y-o-y) pada triwulan III apabila tambang dimasukkan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa tambang pada triwulan III tercatat kontraksi sebesar -0,36% (y-o-y).
Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTB Achris Sarwani mengatakan gempa berdampak pada menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama pada sektor perdagangan, konstruksi, dan pariwisata di NTB. Gempa juga menyebabkan menurunnya indikator kesejahteraan masyarakat yang salah satunya tercermin dari meningkatnya pengangguran dari 3,38% pada Agustus 2017 menjadi 3,72% pada Agustus 2018.
"Kendati kondisi penuh tantangan, kita patut bersyukur stabilitas harga di provinsi ini relatif terkendali. Hal ini tidak lepas dari sinergi TPI dan Satgas Pangan NTB dalam menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif dalam kebijakan pengendalian inflasi," ujar Achris dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Mataram, Kamis (13/12/2018).
Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2018 ini akan terkontraksi pada kisaran -6,0% sampai dengan -7,0% (y-o-y). Pertumbuhan ekonomi nontambang juga akan diperkirakan melambat berada pada rentang 2,5% sampai 3,5% (y-o-y). Untuk inflasi NTB diperkirakan tahun ini berada pada rentang 3,1%-3,7%.
Upaya pemulihan ekonomi NTB terkendala beberapa tantangan antara lain masih kurangnya ketersediaan bahan baku serta tenaga kerja konstruksi untuk proses rekonstruksi paska gempa.
Selain itu, struktur ekspor NTB yang masih didominasi oleh komoditas sumber daya alam mentah yang berdampak pada rendahnya nilai tambah yang dihasilkan.
Diperlukan dukungan infrastruktur, penerapan teknologi dan peningkatan akses pembiayaan pada sektor-sektor potensial untuk dilakukan penguatan. Apabila sektor-sektor potensial sudah kuat, maka dengan sendirinya akan mampu untuk menarik aliran investasi masuk ke wilayah ini.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengatakan pemulihan dan pengembangan ekonomi NTB membutuhkan dukungan dan sinergi dari berbagai pihak untuk mempercepat proses rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, meningkatkan kunjungan wisatawan, dan menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru dari sumber daya alam.
"Kami harapkan BI bisa terus menjadi mitra strategis pemerintah daerah dalam menyusunan kajian ekonomi, mendorong pariwisata, memberdayakan UMKM, dan mendorong kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai," ujar Zulkieflimansyah.