Bisnis.com, NUSA DUA – Wakil Presiden untuk Pembangunan Berkelanjutan World Bank Group Laura Tuck mengapresiasi langkah Indonesia yang menarget penurunan 70% marine debris atau sampah pesisir pada 2025.
Kata dia, bersama World Bank Indonesia Oceans Multi Donor, Indonesia telah melakukan analisis mengenai keberadaan sampah plastik di perairan tersebut.
Lewat kerja sama ini pula, Indonesia telah mendapat bantuan dana sebesar US$100 juta dari Bank Dunia untuk menambah pendanaan program pengelolaan limbah Indonesia yang sebesar US$1,2 miliar.
“Program ini akan mengurangi 80% kiriman sampah daratan ke laut Indonesia,” katanya, Selasa (30/10/2018).
Selain mendukung Indonesia, World Bank juga melakukan hal serupa di China. Di Kota Ningbo, China, World Bank membantu sistem daur ulang sampah. Sekitar 640.000 rumah tangga di kota tersebut dibantu dalam melakukan pemilahan sampah. Sejauh ini layanan pemilihan limbah ini juga diperluas ke 550.000 rumah tangga lainnya.
Di pulau kecil seperti Marshall Islands, Tuvalu, dan Soloman Island, World Bank juga turut menginvestasikan alat pendaur ulang limbah yang dikenal dengan Pacific Islands Regional Oceanscape Program (PROP).
Hal serupa juga dilakukan di Marako, melalui target peningkatan daur ulang limbah dari 5% pada 2016 menjadi 20% pada 2020. Selain itu, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Oum Azza juga diubah menjadi tempat daur ulang yang menyortir sekitar 2.200 ton sampah per tahun.
“World Bank mendukung mereka [negara-negara di dunia] untuk memodernisasi sistem pengelolaan limbah mereka termasuk Oum Azza yang berada di dekat Rabat,” katanya.