Bisnis.com, KUPANG – Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Bruno Kupok mengatakan lapangan pekerjaan menjadi faktor utama, mendorong warga untuk berlomba-lomba menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) ke luar negeri secara tidak prosedural.
"Problema utamanya adalah lapangan pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan warga. Inilah yang menjadi daya dorong paling kuat warga kita menjadi PMI, walaupun kepergiaan mereka tanpa dilengkapi dokumen resmi," katanya di Kupang, Sabtu (20/10/2018).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan masalah utama yang mendorong warga untuk mencari kerja di luar negeri, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapi sebagai pekerja non prosedural, dan upaya pemerintah mengatasinya.
Disamping keterbatasan lapangan kerja, para PMI ini diberikan iming-iming tentang gaji besar, dan dibayar dalam bentuk uang dolar yang kalau dirupiahkan lebih banyak.
Padahal, bekerja di luar negeri tanpa melalui prosedur, memiliki risiko yang sangat tinggi.
Dia menambahkan, upaya yang bisa dilakukan pemerintah adalah menciptakan kemandirian dengan memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan pada balai-balai latihan kerja.
Dengan memiliki keterampilan, seperti menjahit, membuat batu batako, cukur rambut dan keterampilan lainnya, serta modal usaha, mereka bisa membangun usaha secara mandiri.
"Membuka lapangan pekerjaanpun, tentu tidak bisa menampung mereka dalam jumlah banyak, tetapi melatih mereka untuk bisa menghasilkan uang melalui usaha-usaha kecil," jelasnya.
Apalagi, 53 persen dari 2,3 juta angkatan kerja hanya tamatan sekolah dasar, katanya.
Dalam hubungan dengan itu, dia menambahkan telah meminta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten/kota untuk mengaktifkan balai latihan kerja, untuk mendidik anak-anak daerah agar mereka bisa mandiri, tanpa harus mencari kerja ke luar negeri.