Bisnis.com, DENPASAR – Internal auditor pada era disrupsi sekarang ini diharapkan meninggalkan paradigma lama, yakni hanya berfokus mencari-cari kesalahan masa lalu.
Internal auditor di era sekarang harus adaptif menjadikan disrupsi sebagai tantangan dan mengelolalanya sehingga berperan sebagai pemberi solusi. President The Institute of Internal Auditors Indonesia (IIA) Hari Setianto mengharapkan stereotipe lama mencari-cari kesalahan agar ditinggalkan.
"Ke depan itu internal auditor itu memeriksa sistem bukan selisih saja. Kalau memeriksa selisih, nanti akan ketemu lagi bulan depan. Harus sistem, agar ke depan tidak terjadi lagi," jelasnya di sela-sela konferensi nasional tahunan The Institute of Internal Auditors Indonesia (IIA Indonesia) di Seminyak, Senin (27/8/2018).
Dia menegaskan tantangan bagi auditor internal di era disrupsi semakin besar karena teknologi dan perkembangan dari bisnis model. Karena itu, auditor harus bisa menjadi navigator agar perusahaan tidak tenggelam di era kecepatan teknologi.
Menurutnya di era seperti sekarang perusahaan membutuhkan navigasi untuk menghadapi potensi risiko di masa depan. Karena itu, sudah tidak zaman lagi jika auditor internal hanya berfokus dengan temuan-temuan minor melainkan antisipasi risiko yang akan dihadapi.
"Bayangan ke depan bukan temuan kecil-kecil tapi bisa antisipasi risiko yang akan terjadi. Karena pegawai sekarang generasi milenal dengan loyalitas serta cara belajar beda sehingga internal audit harus melihat ke sana," jelasnya.
VP IIA Indonesia Angela Simatupang mengatakan disrupsi sering dianggap gangguan dalam bisnis, padahal sesuatu yang tidak dapat dihindari. Tantangan terbesar bagi auditor internal saat ini adalah untuk bisa melihat disrupsi dalam bentuk yang sebenarnya.
"Bisa melihat apa yang akan menghampiri kita dan bisa memberikan masukan yang bermanfaat bagi organisasi untuk mengelola disrupsi, itulah yang diinginkan oleh direksi, dewan komisaris, dan pemegang saham, ini yang benar-benar bernilai di mata pemangku kepentingan," jelasnya.
Dia mencontohkan perkembangan saat ini seperti Tesla dengan self-drive-car nya, artificial intelligence, internet of things, kebijakan proteksi dagang, adalah beberapa contoh disrupsi. Manusia apapun profesinya harus bisa beradaptasi dengan perubahan zaman. Terlebih lagi profesi yang dituntut untuk bisa membantu mengarahkan jalannya organisasi secara berkelanjutan, termasuk profesi yang berada dalam fungsi audit, manajemen risiko dan kepatuhan.
Menurutnya, penting seorang auditor independen berpikir kreatif tanpa mengubah tujuan dari fungsi itu sendiri. Justru profesi ini harus fokus bergerak sesuai misinya, yaitu untuk meningkatkan dan melindungi nilai organisasi dengan memberikan asurans, advis dan wawasan yang objektif dan berbasis risiko.
Dia menganalogikan auditor internal bisa berperan mirip dengan aplikasi Waze yang mampu memberikan navigasi, bahkan agak menjadi ahli nujum yang mampu memprediksi. Lebih lanjut dijelaskan auditor era sekarang bisa adaptif dan mampu memberikan navigasi secara lebih baik.
"Menurut saya bukan membuang masa lalu, tetapi harus bertujuan untuk memperbaiki sistem. Seorang auditor bisa membayangkan dan kreatif. Kalau cuma beri temuan dia bukan kreatif. Internal auditor harus beri solusi. Kalau cuma nyalah nyalahin sudah ketinggalan zaman," paparnya.
Angela menegaskan auditor era sekarang tidak bisa lagi justru berperan menghalangi perkembangan bisnis perusahaan.