Bisnis.com, JAKARTA — PT. Muria Sumba Manis produsen gula tebu yang berlokasi di Sumba, NTT, menargetkan dapat mengurangi ketergantungan impor gula Indonesia sebanyak 108.000 ton per tahun.
Pabrik MSM berencana mulai memproduksi gula pada Mei 2020 sebanyak 600 ton per hari selama 6 bulan. Direktur II PT. MSM, Welly menjelaskan dengan kalkulasi tersebut seharusnya MSM dapat memproduksi gula sebesar 108.000 ton per hari.
"Ya kalau sesuai dengan [target] seharusnya kita bisa mengurangi ketergantungan impor sebanyak 600 ton per hari. Kalau dihitung produksi selama 6 bulan itu berarti berkurangnya 108.000 ton per tahun," katanya kepada Bisnis, Senin (12/3/2018).
Welly mengatakan perusahaannya beroperasi di perkebunan tebu seluas 20.000 hektare dengan kemungkinan rendemen minimal 100 ton per hektare. Artinya, dengan asumsi tersebut kadar kandungan gula didalam batang tebu yang MSM tanam minimal sekitar 2 juta ton.
Namun, sampai saat ini MSM belum dapat beroperasi disebabkan masih dalam tahap land clearing artinya pembentukan areal perkebunan agar sesuai dengan perencanaan. Welly mengatakan secara geografis, Sumba memang berbeda dengan Jawa.
"Biasanya land clearing itu kan berarti membersihkan lahan dari pepohonan. Tapi kalau ini kan membersihkan dari lahan tanah dan berbatu," katanya.
Tapi bukan berarti hal tersebut adalah kekurangan bagi wilayah Timur untuk dijadikan sebagai areal perkebunan. Dengan menggarap areal menggunakan metode good agriculture practicess, Welly yakin produktivitas perkebunannya dapat jauh lebih baik dibandingkan dengan perkebunan di Jawa.
Dia menilai tingkat tebu ratoon per cane di Jawa sekitar 4-5 kali, sedangkan perkebunan tebunya diharapkan dapat jauh lebih tinggi. Tebu ratoon cane berarti tanaman berasal dari tanaman tebu sebelumnya yang telah ditebang, kemudian tunggulnya dibiarkan bertunas lagi dan dilakukan perawatan tanpa perlu menanam bibit lagi dari awal.
"Dibandingkan dengan Thailand atau India, yield atau hasil ton per hektare perkebunan kita produktivitasnya semakin lama semakin turun dan lebih rendah. Dengan membuka lahan baru dan menerapkan good agronomy practices diharapkan kita bisa mempertahankan yield dan bisa bersaing," katanya.
Dia memperkirakan tahun depan, sekitar Juni sudah dapat menanam tebu dan akan memulai produksi gula pada Mei 2020. Pabrik gula MSM berkapasitas 6.000 TCD yang juga terintegrasi dengan pabrik rafinasi.
Welly mengatakan hal tersebut sudah tersedia dalam satu paket sebagai bentuk efisiensi. Jadi MSM mulai dari penanaman tebu, penggilingan dan proses rafinasi dilakukan dalam satu kawasan.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Industri Derivatif Pertanian, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Andi Bachtiar Sirang memprediksikan besaran dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik gula rafinasi berkapasitas 8.000 ton cane per day (TCD) adalah US$100 juta.
"Untuk pembangunan pabrik gula rafinasi berkapasitas 8.000 TCD itu sekitar Rp1 triliun atau US$100 juta. Kalau 10.000 TCD itu US$130 juta, dan itu baru pabrik saja," katanya dalam kesempatan berbeda.
Pembangunan tersebut belum termasuk lahan untuk menanamkan komoditasnya seperti tebu.