Bisnis.com, DENPASAR—Realisasi investasi di Bali pada 2017, tercatat senilai 17,45 triliun atau naik tipis sebesar 8,9% jika dibandingkan dengan realisasi 2016 senilai Rp16,05 triliun.
Kenaikan tipis ini diduga karena investor menahan rencana realisasi mereka pada tahun lalu dan memilih baru akan merealisasikan pada tahun ini menjelang pelaksanaan IMF& World Bank Annual Meeting pada Oktober tahun ini.
Kadis Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Ida Bagus Parwata mengatakan ajang pertemuan tahunan bank dunia dan dana internasional itu diyakininya mampu menarik lebih banyak investasi.
“Sepertinya tahun ini realisasi akan lebih besar karena semua menggenjot untuk pelaksanaan IMF dan World Bank yang butuh infrastruktur dan kebutuhan banyak,” jelasnya, Jumat (11/3/2018).
Berdasarkan data DPMPTSP Bali, realisasi penanaman modal asing senilai Rp6,19 triliun, sedangkan penanaman modal dalam negeri Rp11,26 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya, nilai PMA mengalami penurunan hingga 50% sedangkan PMDN turun tipis dari tahun sebelumnya.
DPMSTP Bali mencatat, dari total investasi tersebut, total proyek yang didanai sebanyak 1.197 lokasi untuk PMDN dan 3.055 proyek untuk PMA. Adapun daerah yang paling besar menjadi tujuan investasi adalah Kota Denpasar senilai Rp5,6 triliun, disusul Kabupaten Klungkung Rp2,8 triliun. Sisanya tersebar di Badung Rp1,01 triliun, Buleleng Rp1,2 triliun, Karangasem Rp223 miliar, Jembrana Rp274 miliar, Tabanan Rp60,69 miliar, Gianyar Rp525 juta, dan Bangli Rp26 miliar.
Sementara sektor yang masih menjadi tujuan utama adalah tersier, yakni hotel dan restoran, perdagangan dan reparasi, serta perumahan, kawasan industri dan perkantoran.
Parwata mengatakan realisasi pada tahun lalu sudah melebihi target yang dibebankan yakni senilai Rp14 triliun. Menurutnya, meskipun hanya naik tipis dibandingkan dengan tahun lalu tetapi ada kabar menggembirakan yakni tren dominasi PMDN terhadap PMA.
“Nilainya emang turun dibandingkan dengan tahun lalu, tapi komposisinya lebih besar itu yang membuat kami senang karena sejak lama harapannya memang kami berupaya agar modal dalam negeri porsinya lebih besar karena alasan multiplier effect-nya terasa di dalam negeri,” jelasnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Causa Iman Karana menuturkan realisasi investasi pada tahun lalu ikut ditopang oleh realisasi pada triwulan IV/2017 yang masih tumbuh kuat meskipun sedikit melambat.
Pelambatan sedikit itu disebabkan oleh peningkatan kinerja investasi non bangunan, sedangkan investasi bangunan tetap tumbuh lebih tinggi sejalan dengan pengerjaan beberapa proyek fisik, baik dalam rangka peningkatan kapasitas usaha dari perhotelan maupun pengerjaan infrastruktur dalam rangka kegiatan IMF-WB AM 2018.
“Berdasarkan survei dan liaison, terutama didorong oleh peningkatan kinerja investasi bangunan dari pihak swasta, sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas usaha dan pelayanan terutama pada industri hotel, termasuk dalam rangka persiapan IMF-WB AM 2018,” jelasnya.