Bisnis.com, DENPASAR—Konsep smart retail yakni usaha yang mengandalkan teknologi seluruhnya dalam pemasaran barang akan menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi pelaku ritel di Bali ke depannya.
Ketua Umum Aprindo Roy Mandey mendorong pelaku ritel di daerah wisata ini untuk menggunakan segala daya cipta dan kreatifitasnya agar terus bertumbuh dan berkembang sekaligus adaptasi terhadap perkembangan tersebut.
Menurutnya, perite yang enggan menggunakan peluang itu akan tergerus oleh perkembangan zaman.
“Ini adalah tantangan besar yang segera akan kita rasakan juga di Indonesia terlebih Bali yang menjadi etalase dunia,” saat melantik pengurus DPC Aprindo seluruh Bali, di Denpasar, Sabtu (3/3/2018).
Konsep smart ritel ke depan seperti jika kita memesan sebungkus roti tawar lewat gawai, kemudian tiba-tiba barang tersebut sudah ada di halaman rumah kita karena dibawa oleh benda yang terbang di angkasa. Selain itu ketika kita masuk ke satu toko tanpa ada satu orangpun yang menjaga, tetapi mengambil barang-barang yang kita perlukan tanpa harus mengeluarkan uang fisik sedikitpun.
Sementara Sekretaris I Made Abdi Negara menyampaikan mengharapkan keberadaan asosiasi ritel di kabupaten dan kota akan semakin menguatkan peran dan posisi dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pengusaha ritel lokal Bali.
Dia menegaskan di era kolaborasi ini, saatnya peritel menyatukan semua sumber daya menjadi satu kekuatan baru yang lebih besar.
Dicontohkan Abdi, di skala regional Jaringan Alibaba ke Tokopedia, atau Astra dengan Go-Jek yang saat ini berlangsung. Ada juga isu besar di skala internasional yakni proses akuisisi Carrefour perusahaan retail asal Prancis oleh Tencent, salah satu raksasa bisnis Tiongkok.
“Kita harus mampu menyambut sekaligus melihat peluang-peluang besar atau hanya akan menjadi penonton saja,” pintanya.