Bisnis.com, DENPASAR—Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Holtikultura Provinsi Bali telah melakukan identifikasi awal terkait potensi kerusakan sejumlah komoditas tanaman pangan dan holtikultura di sejumlah wilayah terdampak erupsi Gunung Agung, Kabupaten Karangasem.
"Terkait erupsi, kami melakukan identifikasi awal potensi kerusakan tanaman pada 22 desa yang berada pada radius hingga 12 kilometer dari puncak Gunung Agung," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Holtikultura Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, di Denpasar, Rabu (27/12/2017).
Dari hasil identifikasi awal, sejumlah tanaman pangan, sayur-mayur dan buah-buahan dengan luasan yang cukup besar, yang berpotensi mengalami kerusakan di antaranya untuk tanaman padi seluas 10.800 hektare, palawija seluas 7.700 hektare dan kacang tanah 2.500 hektare.
Ada juga di wilayah Besakih 743 hektare tanaman sawi, kacang merah seluas 1.100 hektare, cabai rawit 580 hektare, salak dan mangga masing-masing 4.200 hektare.
"Yang saya kemukakan itu yang termasuk komoditas utama dengan lahannya yang cukup luas, namun masih banyak jenis tanaman lainnya tetapi tidak cukup luas," ucap Wisnuardhana.
Pihaknya akan melakukan identifikasi kedua jika kondisi Gunung Agung sudah cukup kondusif, untuk selanjutnya diusulkan pemberian insentif bagi kelompok petani yang terkena bencana, yang pembiayaannya melalui APBD maupun APBN.
"Dalam identifikasi lanjutan tersebut, akan dilihat berapa luasan lahan yang benar-benar mengalami kerusakan, dari luasan lahan yang sebelumnya telah diproyeksikan," ujarnya.
Wisnuardhana menambahkan, terkait insentif untuk tanaman yang rusak akibat erupsi bisa berupa hibah bantuan bibit dan pupuk, maupun hibah uang.
"Hal itu tergantung ketersediaan anggaran, apakah diberikan semuanya, atau barangkali bertahap melalui APBD Induk 2018 ataukah APBD Perubahan 2018 maupun APBN. Yang jelas, untuk saat ini kami belum bisa mengeluarkan bantuan apa-apa terkait tanaman petani yang rusak terdampak erupsi," katanya.