Bisnis.com, DENPASAR—Real Estat Indonesia (REI) Bali optimistis perumahan subsidi yang menyasar segmentasi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) masih menjanjikan tahun 2018 karena harga rumah berkisar di bawah Rp500 juta per unit masih tetap menarik.
"Kebutuhan rumah untuk segmentasi konsumen menengah ke bawah masih tergolong tinggi," kata Ketua Dewan Pengurus Daerah REI Bali Agus Pande Widura di Denpasar, Kamis (22/11/2017).
Pihaknya berencana membangun total 3.500 unit rumah subsidi di empat kabupaten yang memiliki lahan dengan harga yang sesuai perumahan murah.
Dari 3.500 unit rumah murah itu, sekitar 50 persen di antaranya sudah dibangun dan terjual kepada masyarakat berpenghasilan rendah.
Dia menjelaskan pembangunan rumah dengan harga Rp141,7 juta itu telah dilakukan sejak awal tahun 2016 dengan porsi permintaan paling banyak dibangun di Kabupaten Buleleng sebanyak 2.600 unit rumah.
Selain di Buleleng, rumah murah juga dibangun di Kabupaten Jembrana, Kabupaten Karangasem dan Tabanan.
Pembangunan rumah bersubsidi saat ini baru menyasar di empat kabupaten di luar ibu kota kabupaten masing-masing karena harga lahan masih memadai sesuai dengan harga per unit rumah Rp141,7 juta.
Sedangkan di wilayah lain di Bali, program rumah murah sangat sulit dilakukan dengan harga tersebut mengingat harga lahan yang sangat tinggi.
Pande lebih lanjut menjelaskan program rumah subsidi skema FLPP itu hanya diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan maksimal Rp4 juta per bulan dan belum pernah memiliki rumah.
Dia mengatakan rumah subsidi dinilai menjadi fenomena baru di tengah sektor properti yang saat ini tumbuh melambat.
Pande mangakui untuk harga rumah di atas Rp500 juta tahun 2018 diperkirakan tumbuh stagnan.
"Untuk harga rumah di atas Rp500 juta tahun depan sepertinya belum ada perubahan signifikan tahun depan. Kalau pun ada kenaikan itu sangat kecil," ucapnya.