Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan akademisi di Nusa Tenggara Timur merasa prihatin dengan status Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto yang diburu Komisi Pemberantasan Korupsi.
Novanto melenggang ke DPR periode 2014-2019 dari Daerah Pemilihan NTT II. Bahkan, Ketua Umum Partai Golongan Karya itu empat periode berturut-turut mewakili masyarakat NTT di Senayan sejak 1999.
Dosen Program Studi Sosiologi Universitas Nusa Cendana (Undana) Balkis Soraya Tanof menjelaskan masyarakat NTT terbelah menyikapi kasus korupsi yang menjerat Novanto. Bila masyarakat kecil umumnya pasif maka kelas menengah dan intelektual menganggap aksi-aksi Novanto memalukan provinsi itu.
Menurut Balkis, pemilih Novanto umumnya berasal dari kalangan menengah bawah. Mantan Bendahara Umum Golkar itu kerap memberikan modal kepada masyarakat miskin NTT khususnya di Pulau Timor dan Sumba.
“Secara subjektif saya sebagai warga NTT merasa terhina dan malu punya wakil rakyat Dapil NTT yang tersangka kasus korupsi,” ujarnya kepada Bisnis.com, lewat pesan instan, Kamis (16/11/2017) malam.
Balkis menilai kasus Novanto bakal menjadi ujian bagi KPK maupun kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Tak tersentuhnya Novanto akan mempertegas status pria kelahiran Bandung itu sebagai seorang yang kebal hukum.
Jika dibiarkan, tambah Balkis, kasus ini akan menimbulkan rasa ketidakadilan di tengah masyarakat. “Karena pencuri ayam dihukum massa dan mendapat hukuman kurungan dari aparat kepolisian, tetapi pencuri uang rakyat dibiarkan hidup bebas bahkan diberi prestise sosial bak raja oleh elit politik dan masyarakat,” katanya.
Balkis berharap Novanto segera menyelesaikan kasus hukumnya dan memenuhi panggilan KPK. Masyarakat, kata dia, hanya menganggap berbagai dalih Novanto sebagai upaya untuk terlepas dari jeratan hukum.
“Setya Novanto tak usah membuat berbagai skenario rekayasa untuk menarik simpati dan empati rakyat NTT dan Indonesia,” ucapnya.
Senin (13/11) Novanto berkunjung ke NTT dan mangkir dari panggilan KPK untuk diperiksa sebagai tersangka kasus dugaan korupsi KTP-el. Pada Rabu (15/11) malam kemarin penyidik KPK mendatangi rumah Novanto di Jakarta Selatan tetapi tidak menemukan mantan Ketua Fraksi Golkar DPR itu.