Bisnis.com, DENPASAR – Upaya Otoritas Jasa Keuangan Bali mendorong perbankan memperbesar penyaluran kredit usaha rakyat ke sektor produktif masih belum sesuai harapan.
Berdasarkan data OJK Bali, hingga akhir September 2017, porsi penyaluran KUR ritel dan mikro ke sektor seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan industri, kurang dari 25% dari total KUR yang disalurkan senilai Rp3,8 triliun atau hanya sekitar Rp868 miliar.
Porsi penyaluran terbesar masih didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran hingga 63% dari total KUR yang sudah disalurkan atau mencapai Rp2,3 triliun. Selebihnya, sektor yang dibiayai seperti jasa masyarakat, sosial
Deputi Direktur OJK Regional 8 Bali Nusra Rochman Pamungkas mengungkapkan salah satu kendalanya adalah karena skema pendanaan yang diajukan belum bisa diterapkan pada tahun ini.
“Skema yang diajukan bank, khusus untuk di Bali itu penyalurannya ke kelompok, dan itu belum bisa diputuskan oleh kementerian terkait,” tuturnya, Selasa (24/10/2017).
Skema menyalurkan melalui kelompok diusulkan karena lebih efektif bagi perbankan di Bali. Dengan cara itu, bank bisa menjangkau lebih banyak dan mudah mempertanggungjawabkan melalui ketua kelompok.
Diyakininya jika diterapkan dengan metode kelompok, maka sektor produktif baik itu peternakan hingga pertanian bisa lebih besar. Apalagi, banyak calon nasabah KUR yang berada di pelosok terikat dalam komunitas sehingga jika dilayano satu per satu akan lebih susah.
Selama ini, penyaluran ke sektor perdagangan dominan karena lebih prudent serta bankable. Pihaknya tidak menyalahkan perbankan jika melakukan hal tersebut karena berkaitan dengan masalah solvabilitas.