Bisnis.com, DENPASAR – Penyelesaian pembangunan underpass Simpang Tugu Ngurah Rai sepanjang 712 meter akan dipercepat menjadi sebelum September 2018 agar ada persiapan pengoperasian sebelum ajang IMF dan World Bank Annual Meeting.
Humas Satker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Metropolitan Denpasar Komang Martana menyatakan hingga saat ini proses pengerjaan jalan di bawah tanah yang diharapkan mengurai kemacetan di bundaran Bandara Ngurah Rai tersebut sudah dimulai.
“Untuk sekarang persiapan di lahan konstruksi seperti pemasangan pengaman pekerjaan, terus melakukan pengujian kekuatan tanah dan pengambilan sampel tanah di dalam di beberapa titik bundaran,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (12/10/2017).
Proyek senilai Rp168,38 miliar tersebut didanai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Rencananya jalan underpass ini akan memiliki lebar 16 meter dan 4 lajur kendaraan dengan dimensi ketinggian 5,1 meter dari permukaan.
Martana mengungkapkan proses konstruksi sudah dimulai dengan persiapan lokasi untuk penempatan alat-alat. Diakuinya, pengerjaan underpass kedua di Bali setelah underpass Simpang Siur ini memiliki banyak tantangan. Salah satunya, terkait banyaknya saluran utilitas milik perusahaan negara.
Martana mencontohkan di daerah tersebut ada jaringan kabel Telkom, fiber optik, kabel PLN, utilitas milik perhubungan, pipa avtur dari Depo Benoa ke Bandara milik Pertamina hingga pipa saluran air PDAM.
Dari seluruh utilitas tersebut, koordinasi terus dilakukan dan tidak menemui masalah. Namun, khusus pemindahan jaringan pipa PDAM masih terkendala, karena besarnya biaya pemindahan mencapai Rp17 miliar.
“Karena pipa induk, jadi untuk memindahkan itu harus ada material khusus untuk pengganti. Kalau utilitas yang lain tidak ada kendala,” jelasnya.
Masalah lain yang kini dikebut penyelesaiannya adalah pembebasan lahan masyarakat dan tanah hutan rakyat (tahura) di sekitar underpass. Martana menyatakan saat ini proses pembebasan menunggu pembayaran yang dilakukan oleh Pemkab Badung.