Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Status Awas Banyak Dilanggar, BNPB: Jangan Nekat, Berbahaya

Sejumlah masyarakat hingga wisatawan asing kembali mengacuhkan larangan zona berbahayas Gunung Agung dengan mendaki ke puncak gunung setinggi 3.142 mdpl ini.
Aparat kepolisian berjaga di pintu masuk Gunung Agung di Desa Selat./Feri Kristianto-IST
Aparat kepolisian berjaga di pintu masuk Gunung Agung di Desa Selat./Feri Kristianto-IST

Bisnis.com, DENPASAR – Sejumlah masyarakat hingga wisatawan asing kembali mengacuhkan larangan zona berbahayas Gunung Agung dengan mendaki ke puncak gunung setinggi 3.142 mdpl ini.

Kepapa Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menilai tindakan membahayakan tersebut jelas sebuah pelanggaran, karena yang bersangkutan mengetahui adanya larangan.

"Apalagi sampai ke puncak kawah.Sangat berbahaya karena dapat tiba-tiba terjadi letusan. Berbahaya bagi orang tersebut maupun bagi tim SAR jika terjadi letusan dan diketahui ada yang menjadi korban di puncak kawah," jelasnya melalui keterangan tertulis, Jumat (6/10/2017).

Sebelumnya, ada masyarakat yang nekat ke kawah Gunung Agung meski sudah dilarang. Mereka menggunakan logika spiritual. Selain itu juga ingin mendoakan agar gunung tidak meletus. Namun sayang, disebarluaskan ke media sosial sehingga menimbulkan keresahan masyarakat.

Kali ini adalah warga negara asing melalui akun Facebook "Karl Kaddouri" mengunggah video kondisi kawah Gunung Agung menggunakan bahasa Prancis. Video diunggah pada Jumat (6/10) dan menjadi viral di sosial media.

Diakui oleh Sutopo kondisi kawah Gunung Agung, memang kondisinya seperti yang ada di video. Sudah ada rekahan dan asap keluar dari kawah hingga ketinggian 50-100 meter dengan tekanan rendah.

Keluarnya asap mengindikasikan adanya pemanasan ke permukaan. Ketebalannya asap menandakan bahwa proses degassing lebih intensif, serangkan warna putih mengindikasikan adanya dominasi air (yang dipanaskan).

Adapun suara seperti pesawat mengindikasikan tekanan yang tinggi. Air yang keluar ke kawah lewat lapangan sulfatara mengindikasikan adanya gangguan hidrologis di bawah Gunung Agung akibat naiknya magma mendekati permukaan. Artinya sangat berbahaya di dekat kawah Gunung Agung.

Sutopo mengungkapkan aksi masyarakat tetap nelat menerobos ke puncak gunung meski berbahaya, juga ada di gunung lain. Pada  2007 saat Gunung Kelud status Awas, tokoh masyarakat setempat nekat masuk ke zona berbahaya dan membawa sesaji melakukan spiritual.

Di Gunung Sinabung, ada warga yang menerobos ke zona berbahaya karena akan melakukan ziarah leluhurnya. Begitu juga ada yang nekat untuk melihat gunung dari dekat dan mendokumentasikan. Tiba-tiba terjadi letusan disertai awan panas sehingga menyebabkan 17 orang meninggal dunia pada 11/2/2014.

Dijelaskan olehnya, apabila terjadi letusan, suhu lava pijar yang keluar dari kawah sekitar 700 - 1.200 derajat celsius. Begitu juga awan panas dengan kecepatan sekitar 200 - 300 kilometer per jam dengan temperatur mencapai 600 - 800 derajat celsius sehingga sangat mematikan bagi orang yang ada di dekatnya.

Masyarakat dilarang memasuki zona berbahaya di Gunung Agung. Secara visual kelihatannya aman karena tanda-tanda letusan belum tampak. Namun di dalam gunung masih bergolak. Dorongan magma ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tapi terekam dalam instrumentasi yang dipasang oleh PVMBG.

"Janganlah mengambil gambar dan video lalu disebarluaskan ke media sosial. Tindakan ini membuat bingung dan resah masyarakat. Tak ada manfaatnya dengan mengunggah ke media sosial," jelasnya.

Aparat akan memperketat penjagaan agar masyarakat tidak menerobos zona berbahaya. Tidak mungkin semua wilayah di sekeliling Gunung Agung dijaga aparat sepanjang hari. Perlu kerjasama semua pihak.

"Sekali lagi, jangan menerobos zona berbahaya yaitu di radius 9 km dari puncak kawah dan 12 km di sektor utara - timur laut dan tenggara - selatan - barat daya dari puncak kawah Gunung Agung. Biarlah Gunung Agung punya gawe. Yang penting kita semua selamat," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Feri Kristianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler