Bisnis.com, DENPASAR – Prediksi letusan Gunung Agung akan 10 kali lebih besar dari Gunung Merapi dibenarkan dalam lontar-lontar Bali yang mengisahkan bencana ini dulu kala.
Kepala Hanacaraka Society Lembaga Pelestari dan Riset Lontar Bali Sugi Lanus mengatakan setidaknya ada 15 peristiwa mengenai bencana Gunung Agung yang populer dituliskan dalam tiga lontar Bali berumur 150 tahun yakni Babad Gumi, Tatwa batur Kalawasan, dan Babad Tusan.
Di lontar itu menyajikan peristiwa berkaitan dengan Gunung Agung. Dari sekian peristiwa, pada umumnya menceritakan letusan hebat Gunung Agung terjadi pada tahun 1711 masehi. Pada tahun itu, dijelaskan letusan sampai merusak desa-desa di Buleleng seperti daerah Lovina hingga Denpasar.
“Kalau benar catatan itu, berarti apa yang dikhawatirkan ahli vulkanologi benar,” katanya, Senin (2/9/2017).
Dia menyebutkan, memang ada beberapa desa yang di luar daerah rawan saat ini terkena bencana langsung Gunung Agung, namun bisa saja itu tidak berarti seperti yang diduga. Menurutnya, ada banyak tafsir dari catatan lontar tersebut.
Kemungkinannya bisa jadi memang terkena bencana langsung atau saat peristiwa terjadi, warga desa di Buleleng itu seluruhnya sedang sembahyang di Pura Besakih sehingga terkena bencana langsung.
“Bisa jadi mereka sedang sembahyang di Besakih kemudian kena bencana ini,” katanya.
Walaupun demikian, dia tetap meyakini tahun 1711 sebagai salah satu peristiwa besar meletusnya Gunung Agung. Dia menyebutkan, catatan terakhir letusan Gunung Agung yang lebih diketahui masyarakat Bali adalah pada kejadian tahun 1963.
Sementara, tahun-tahun sebelumnya tidak tergambarkan. Sementara, lewat lontar-lontar ini, dia meyakini, selain 1963, di tahun 1711 juga merupakan catatan hebat meletusnya Gunung Agung. Sebab, di sana dijelaskan saat itu ada gelombang pengungsian hebat.
Menurutnya, memang dari sekian catatan peristiwa yang tergambar dalam lontar-lontar Bali tidak secara khusus menjelaskan mengenai meletusnya Gunung Agung.
Dalam lontar dijelaskan banyak peristiwa besar yang terjadi di Bali selama abad 10 Masehi, yakni misalnya penobatan raja, pendirian candi atau bangunan suci, huru-hara politik, hingga peristiwa Gunung Agung.
Kata dia, dalam sekian lontar itu hanya ada setidaknya tiga paragraf yang mengisahkan letusan Gunung Agung. “Umur naskah lontar ini sekitar 150 tahun dan bisa menjadi pelajaran serta refleksi bersama,” sebutnya.