Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pariwisata dan perhotelan PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. menargetkan tahun ini dapat mengoperasikan dua aset hotel baru untuk mengantisipasi peningkatan arus wisatawan dan meningkatkan kinerja keuangan perseroan di masa mendatang.
Kedua aset hotel tersebut yakni Alila SCBD Jakarta dan The Cliff Bali. Alila SCBD Jakarta terdapat di pusat bisnis Jakarta dan didesain untuk menangkap peluang kebutuhan akomodasi bisnis di Jakarta yang terus meningkat.
Alila SCBD Jakarta akan dikelola oleh PT Bukit Lentera Sejahtera, perusahaan patungan antara perseroan dan PT Lentera Cemerlang Indah dengan komposisi kepemilikan saham 60% berbanding 40%.
Hotel ini akan menambah portofolio kamar hotel perseroan sebanyak 238 unit kamar, ditambah restoran oriental mewah pertama di Asia Tenggara serta night club di bawah bendera Hakkasan Group.
Sementara itu, The Cliff merupakan hotel mewah yang berlokasi di Bali dan dirancang oleh WOHA Design Pte Ltd, perusahaan arsitek yang berbasis di Singapura. Properti ini akan memiliki 52 suite dengan satu kamar tidur dan 4 suite dengan dua kamar tidur, serta ruanguntuk pesta pernikahan, kolam renang dan bar.
“Beroperasinya Alila SCBD dan The Cliff diyakini akanmampu menambah pendapatan dan penghasilan Perseroan sekaligus menangkap peluang industri perhotelan dan pariwisata di luar Bali sebagai wilayah utama operasional perusahaan,” ungkap Manajemen Perseoran dalam Laporan Tahunan 2016, dikutip Senin (8/5/2017).
Selain kedua proyek yang dijadwalkan beroperasi tahun ini, emiten dengan kode saham BUVA ini juga tengah dalam proses pembangunan tiga proyek lainnya. Ketiganya yakni Alila Villas Bintan di Kepulauan Riau, Alila Borobudur-Jawa Tengah dan Alila Tarabitan Manado-Sulawesi Utara.
Alila Villas Bintan diproyeksikan akan selesai lebih dahulu dibandingkan dua lainnya. Aset resor ini lokasinya relatif dekat dari Singapura. Proyek ini dikelola oleh PT Bukit Lagoi Villa, entitas anak dengan kepemilikan saham perseroan sebanyak 99,79%.
Sementara itu, Alila Borobudur dan Alila Tarabitan diproyeksikan sebagai bagian strategi jangka panjang perseroan untuk menangkap pasar di wilayah tempat keduanya dibangun. Perseroan meyakini Tanjung Tarabitan dan Borobudur akan menjadi destinasi utama pariwisata Indonesia pada tahun-tahun mendatang.
Meski melemah di awal tahun, perseroan memproyeksikan tahun ini akan berakhir lebih baik dibandingkan tahun lalu atau mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Hal ini terutama didukung oleh proyeksi kedatangan turis asing yang akan mencapai 15 juta, meningkat dibandingkan 11,52 juta tahun lalu.
Di Bali sendiri, provinsi yang menjadi wilayah utama operasional perseroan, pertumbuhan kedatangan turis asing pada 2016 bahkan mencapai 23,14%, dari 4 juta kunjungan pada 2015 menjadi 4,93 juta pada 2016.
“Pada 2017, jumlah tersebut diperkirakan akan kembali meningkat seiring dengan proyeksi pertambahan kedatangan turis asing secara nasional,” ungkap manajemen.