Bisnis.com, MANGUPURA – Pertemuan World Water Forum ke-10 yang akan berlangsung di Bali pada Mei 2024 mendatang akan mendorong para pemimpin negara dan pemerintahan untuk mengambil sikap politik yang jelas dalam mengatasi krisis air global yang mengancam manusia.
Presiden World Water Council Loïc Fauchon, menjelaskan isu air saat ini bukan saja menjadi isu yang hanya bisa diselesaikan melalui upaya–upaya sporadis, namun harus melibatkan para pemimpin politik atau pemimpin negara untuk mengambil sikap dan terlibat langsung dalam mengatasi krisis air bersih. Forum WWF Bali akan menjadi ajang diplomasi air secara berkesinambungan untuk meyakinkan para pemimpin dunia dan pemimpin politik bahwa air adalah isu politik dan sekarang adalah saatnya akselerasi.
“Kita sebagai manusia perlu menerjemahkan kenyataan bahwa air, pangan, energi, kesehatan dan pendidikan adalah lima jari dalam satu tangan. Tangan yang berbagi dan pembangunan yang damai,” jelas Loïc di Jimbaran, Jumat (13/10/2023)
Baca Juga
Wakil Ketua Komite Penyelenggara Nasional Forum Air Sedunia ke-10 yang juga menjabat sebagai Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan SCM ke-2 memainkan peran penting dalam meletakkan dasar bagi 10th World Water Forum tahun depan. Hasil diskusi dari forum ini akan dielaborasi melalui proses tematik, regional, dan politik dengan keterkaitan yang kompleks, yang perlu didiskusikan di antara para pemangku kepentingan.
“Pada kesempatan ini, kami akan membahas water justice atau akses air yang berkeadilan secara global, termasuk pengelolaan air di pulau-pulau kecil dan akses air bersih untuk semua. Kemudian, kami akan memetakan keterkaitan antar sub-tema, wilayah, dan ketiga proses, merencanakan tindakan lebih lanjut dan merancang hasil akhir untuk forum, serta merancang tindak lanjut setelahnya,” kata Basuki.
Basuki juga menyebut dalam forum tersebut perlu dibahas pengelolaan air berbasis kearifan lokal untuk menjadi referensi bagi para kepala negara sebagai pengambil kebijakan. Dia mencontohkan jika di Indonesia setiap daerah atau masyarakat adat memiliki cara pengelolaan air sesuai dengan kearifan lokal yang sudah bertahan selama berabad-abad.