Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Komoditas Pertanian di Bali Terhambat, Ini Penyebabnya

Potensi berlangsungnya La Nina pada kuartal IV/2020 sehingga berpotensi terjadinya curah hujan tinggi.
Subak di Bali./kemdikbud
Subak di Bali./kemdikbud

Bisnis.com, DENPASAR — Produksi komoditas pertanian di Bali acap kali mengalami penurunan setiap periode akhir tahun karena terhambat pengembangan teknologi yang mumpuni.

Bank Indonesia memproyeksi kinerja lapangan usaha pertanian kemungkinan tidak akan tumbuh pada kuartal IV/2020. Hal ini disebabkan oleh potensi berlangsungnya La Nina pada kuartal IV/2020 sehingga berpotensi terjadinya curah hujan tinggi. Dengan curah hujan tinggi, sektor pertanian berpotensi terganggu dengan terjadinya gagal panen.

Apalagi, pada kuartal IV/2020, sudah tidak berlangsung lagi panen raya tanaman pangan.

Adapun kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan, perikanan pada kuartal III/2020 tumbuh minus 2,02 persen secara tahunan (year on year/YoY). Meskipun terkontraksi, kinerjanya tercatat masih lebih baik dari periode kuartal II/2020 yang terkontraksi 2,41 persen YoY.

Perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian ini didorong oleh masih berlangsungnya panen raya padi kedua pada kuartal III/2020. Selain itu, perbaikan kinerja pertanian juga didorong oleh perbaikan kinerja perikanan.

Pengamat pertanian dari Universitas Udayana I Wayan Windia mengatakan pertanian khususnya tanaman pangan tidak hanya memerlukan air tetapi juga sinar matahari dalam melakukan produksi. Kondisi ini merupakan bagian dari proses fotosintesis hingga akhirnya menghasilkan bunga dan buah.

Sementara itu, jika memasuki musim hujan, paparan sinar matahari akan berkurang sehingga proses fotosintesis akan terganggu. Kondisi ini pun akan membuat kuantitas produksi komoditas pertanian mengalami penurunan.

"Sepanjang ada air maka produksi tanaman khususnya padi akan lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan dengan di musim hujan," katanya kepada Bisnis, Jumat (18/12/2020).

Lebih lanjut, Windia menjelaskan, teknologi untuk mengatasi masalah pertanian tersebut memang sudah dikembangkan yang disebut dengan rumah kaca atau green house. Hanya saja, teknologinya terlalu mahal untuk tanaman padi yang memiliki harga beras sangat murah.

Saat ini teknologi rumah kaca tersebut baru bisa dimanfaatkan untuk tanaman hortikultura. Itupun, dengan luasan yang terbatas. "Belum ada teknologi yang bisa menggantikan matahari," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler