Bisnis.com, DENPASAR - Sebagai strategi bertahan di tengah pandemi Covid-19, petani kopi di Desa Langkan Kintamani, Bangli, Bali mengolah biji kopi dalam bentuk green bean.
Petani Kopi Arabika Desa Langkan Putu Edi Suastawan mengatakan pengolahan biji kopi dalam bentuk green bean pada industri rumahan akan memperoleh kualitas biji yang premium dengan didukung oleh teknik pemetikan yang matang sempurna, kadar gula mencapai 18-20 brix, single origin, dan single variety.
"Jadi dengan diolah terlebih dahulu, nilai tambahnya bisa diangkat, kopinya menjadi spesial, dan harga jualnya juga lebih tinggi," tutur Edi saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (1/9/2020).
Edi mengungkapkan harga 1 kg green bean kopi dapat mencapai Rp110.000. Sedangkan karena keterbatasan teknologi dan pengetahuan, petani lainnya lebih memilih untuk memasarkan kopi dalam bentuk chery bean dengan harga Rp6.900/kg.
Menurutnya, 1 kg green bean dapat dihasilkan dari 6 kg chery bean. Sehingga pengolahan kopi ke dalam bentuk green bean akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi bagi masyarakat.
"Memang ini belum termasuk biaya penyusutan lainnya, hanya saja potensi pengolahan green bean lebih menjanjikan," ungkapnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, meskipun permintaan akan green bean masih menurun di pasaran akibat pandemi Covid-19 dan pangsa pasar sektor pariwisata yang masih sedikit, Edi tetap optimis bahwa peluang bisnis kopi tetap menjanjikan bagi kalangan generasi muda.
Mahasiswa Magister Pertanian Universitas Udayana ini menjelaskan, saat ini terdapat the third wave of coffe, atau sebuah masa ketika orang-orang tidak lagi hanya menikmati kopi untuk melepas dahaga dan memompa semangat di saat kafein mendadak menjadi sebuh kebutuhan. Sehingga banyak peminum kopi bergeser ke penikmat kopi, selain itu juga budaya ngopi semakin menguat seiring inovasi cafe atau kedai kopi mengusung konsep-konsep baru yang menyesuaikan pada kebutuhan konsumen seperti misalnya konsep co working space.
Sementara itu, sambungnya, untuk pengolahan secara konvensional para petani kopi bisa untuk tetap bertahan di tengah pandemi. Namun harus ada inovasi untuk peningkatan kualitas dan rekayasa rantai pasok. Ditambah dengan prosesor yang mampu mengolah kopi langkan ke arah premium, sehingga kopi Langkan punya nilai tambah lebih dan keluar dari struktur pasar persaingan sempurna.
"Tentunya dengan skema demikian prosesor tersebut seharus mampu dan mau membeli kopi di tingkat petani dengan harga yang lebih tinggi," jelasnya.