Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Pangan NTT akan Anjlok 60 Persen Gara-Gara Ulat Grayak

Produksi sumber pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diperkirakan turun hingga 60 Persen akibat serangan hama ulat grayak selama musim tanam 2019/2020.
Petani memanen jagung./JIBI-Desi Suryanto
Petani memanen jagung./JIBI-Desi Suryanto

Bisnis.com, KUPANG - Produksi sumber pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diperkirakan turun hingga 60 Persen akibat serangan hama ulat grayak selama musim tanam 2019/2020.

Peneliti sumber daya pada Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Dr. Tony Basuki, MSi, memastikan bahwa produksi sumber pangan di daerah itu akan menurun pada musim tanam 2019/2020, antara lain akibat serangan hama ulat grayak.

Penurunan produksi sumber pangan ini disebabkan serangan hama ulat grayak pada tanaman petani, selain minimnya curah hujan pada musim tanam tahun ini.

"Sudah pasti terjadi penurunan produksi sumber pangan, bahkan bisa turun sampai 60 persen," katanya Kamis (6/2/2020) seperti dilaporkan Antara.

Tony menambahkan ulat grayak saat ini tengah menyerah ladang jagung dan besar kemungkinan akan merambat ke ladang sorgum serta padi, karena hama itu memiliki kemampuan jelajah hingga 100 kilometer ketika menjadi kupu-kupu.

Maklum, ulat mempunyai metamorfosa dari kupu-kupu kemudian bertelur menghasilkan ulat dan ulat akan menjadi kempompong untuk menjadi kupu-kupu kembali.

Dia menjelaskan, selain karena serangan hama, sebagian petani baru mulai menanam, sementara pada Maret hingga April, wilayah NTT mulai memasuki musim kemarau.

"Kalau petani menanam di atas tanggal 20 Januari, tanaman akan mengalami puso dan bisa terjadi gagal panen," katanya.

Menurut dia, pemerintah harus segera menyiapkan langkah antisipasi, minimal melakukan analisa ketahanan pangan untuk menghadapi situasi ini.

Dari hasil analisa ketahanan pangan ini, kata dia, pemerintah bisa menyiapkan skenario penanganan lebih awal.

Skenario penanganan menurut dia, harus disiapkan karena jika terjadi penurunan produksi dan daya beli masyarakat juga menurun, bisa terjadi rawan pangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Sutarno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper