Bisnis.com, DENPASAR - Dinas Kesehatan Kabupaten Badung Bali mencatat tingginya angka penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) mencapai 971 orang per tanggal 9 Desember 2019.
Kepala Dinas Kesehatan Badung dr. I Gede Putra Suteja membenarkan tingginya jumlah penderita dibanding tahun lalu.
"Ini akibat faktor lingkungan dan prilaku masyarakat. Karena awal tahun sering hujan maka banyak jentik nyamuk. Tidak kalah penting perilaku masyarakat. Karena minim pemberantasan sarang nyamuk jadi jentik berubah menjadi nyamuk," kata dia kepada Bisnis saat dikonfirmasi, Sabtu (21/12/2019).
Disinggung mengenai daerah pariwisata seperti, Kuta, Kuta Selatan, dan Kuta Utara yang cukup mengalami peningkatan pasien DBD, dirinya tidak terlalu mengkhawatirkan, karena masa tinggal wisatawan yang tidak lama.
"Di Kuta ada 119 kasus, Kuta Selatan 242 kasus dan Kuta Utara 227 kasus. Padahal di tahun 2018 Kuta hanya mencatat 16 kasus, 70 kasus di Kutsel dan 56 Kuta Utara. Masa tinggalnya kan cepat, terus virusnya kan baru menular ke orang kedua, jadi jarang ada wisatawan yang kena. Dari catatan kami belum pernah ada," jelas dia.
Dia berharap, meski ada program Jumantik, masyarakat harus sadar untuk menjaga lingkungannya sendiri.
Dari data tersebut pada 2019, jumlah pasien yang meninggal akibat DBD berjumlah 2 orang.
"Pertama warga asal Jumpayah Mengwitani usia 60 tahun meninggal dunia 15 Januari 2019 di RSD Mangusada. Dan bocah usia 7 tahun beralamat di Bualu Indah, Benoa meninggal pada 23 Januari 2019 lalu di RSUP Sanglah," sambungnya.
Grafik Kasus DBD di Badung mengalami pasang surut, yang mana Data DBD 2017 ada 941 kasus dengan satu orang meninggal dunia. 2018 menurun drastis menjadi 326 kasus DBD dengan satu orang meninggal dunia dan 2019 yang meningkat signifikan mencapai 971 kasus.