Bisnis.com, MANGUPURA – 10 anggota Asean beserta delapan negara mitra berkumpul di Bali untuk membahas pembangunan kota ramah lingkungan melalui High Level Seminar on Sustainable Cities ke-10.
High Level Seminar (HSL) on Sustainable Cities merupakan wadah bagi pembuat kebijakan, ahli, dan praktisi bidang pengembangan kota berkelanjutan di regional Asia Tenggara dan Timur untuk berbagai pengalaman dan mengembangkan kerja sama. Kegiatan yang telah memasuki tahun ke-10 ini diadakan di Bali selama tiga hari yakni dari Senin (21/1/2019) sampai Rabu (23/1/2019).
Adapun forum ini dihadiri 200 peserta yang berasal dari negara-negara di ASEAN dan mitra yakni Tiongkok, Jepang, India, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Rusia.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengatakan HSL telah memperluas fokusnya ke sifat multi dimensi pembangunan kota.
HSL tidak hanya akan membahas lingkungan tetapi juga menyelaraskan perencanaan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan target Sustainable Development Goals (SDGs).
HSL kali ini bekerja sama dengan pemerintah Jepang untuk mendorong pembangunan kota ramah lingkungan di Asia Tenggara. Jepang sendiri dinilai memiliki teknologi yang mumpuni untuk mewujudkan hal tersebut dan layak menjadi contoh bagi negara-negara lain di dunia.
Baca Juga
“Kalau kita lihat SDGs ini seperti di awing-awang, sekarang bagaimana kita membumikan ke level lokal dan seperti di Indoensia lewat sustainable cities yang akan berbicara banyak masalah terutama sampah,” katanya, Senin (21/1/2019).
Rosa Vivien mengatakan bahwa pada 2045 nanti sebanyak 82,37% penduduk Indonesia akan diproyeksikan tinggal di perkotaan.
Sejak 2015, proporsi penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan lebih tinggi yakni mencapai 59,35% dari total populasi. Hal ini pun berdampak pada timbulan sampah dan limbah padat di perkotaan akibat aktivitas manusia.
Terlebih, Indonesia adalah negara kepulauan dan menjadikan laut sebagai aset vital. Namun, laut kerap tercemari sampah plastik sehingga menjadi salah satu prioritas untuk diselesaikan.
Lebih dari 50% kota madya dan ibukota di Indonesia terletak di pantai. Sebagian timbulan sampah berasal dari daerah perkotaan.
“Pengelolaan sampah yang tepat harus diterapkan di kota-kota tersebut untuk mengurangi dan mencegah timbulnya sampah terutama sampah plastik ke laut,” katanya.