Bisnis.com, DENPASAR—OJK Kantor Regional 8 Bali Nusra menilai perkembangan industri pasar modal di Pulau Dewata cukup baik.
Hal itu tercermin dari pertumbuhan jumlah SID (Single Investor Identification) yang menunjukkan jumlah investor yang bertransaksi di pasar modal. Hingga Agustus 2018, jumlah SID di wilayah Bali tercatat sebanyak 24.062 atau tumbuh sebesar 32,93% dibandingkan posisi Desember 2017 yang tercatat sebesar 18.101.
"Didominasi oleh saham, reksadana dan Surat Berharga Negara [SBN]," tutur Rochman Pamungkas, Deputi Direktur Pengawasan LJK 2 dan Perizinan OJK Bali, Jumat (26/10/2018).
Berdasarkan rincian OJK Bali, dari total SID tersebut, investor di saham tercatat sebesar 13.124, tumbuh sebesar 22,32% dibandingkan posisi Desember 2017 sebesar 10.729. Reksadana tercatat sebesar 14.005, tumbuh sebesar 49,71% dibandingkan posisi Desember 2017 sebesar 9.355.
Adapun SBN tercatat sebesar 2.674, tumbuh sebesar 36,50% dibandingkan posisi Desember 2017 sebesar 1.959. Rohman menegaskan perkembangan itu selain didukung oleh perusahaan sekuritas dan Agen Penjual Reksadana (APERD) yang beroperasi di Bali, juga di dukung dengan kemudahan untuk melakukan transaksi di pasar modal yang dapat dilakukan secara online.
"Hanya dengan bermodalkan smartphone, sejalan dengan perkembangan industri digital di tanah air," paparnya.
Namun, share jumlah investor pasar modal di wilayah Bali terhadap jumlah investor secara nasional relatif kecil, yaitu hanya sebesar 1,80% sehingga menjadi tantangan bersama. Dk Bali saat ini terdapat 16 Kantor Cabang Perusahaan Efek dengan 20 jaringan kantor, 24 Entitas APERD dengan 79 jaringan kantor, 3 perusahaan yang go public dan terdapat BEI.