Bisnis.com, JAKARTA - Gempa susulan yang terjadi di Lombok merupakan peristiwa ilmiah dan akan terus terjadi.
Kepala Pusat Data dan Informasi Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa rangkain gempa susulan merupakan kejadian ilmiah dan akan terus terjadi pascagempa.
Seperti diketahui, gempa kembali mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Kamis (9/8/2018) siang. Kali ini gempa yang terjadi berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR).
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) titik gempa terletak di Lombok Utara, dengan kedalaman 12 Km.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkan gempa terjadi pada Kamis (9/8/2018) pukul 12.25 WIB.
“Gempa tidak berpotensi tsunami,” tulis BMKG di situs resminya, Kamis (9/8/2018).
Hingga Kamis (9/8/2018) pagi Lombok mengalami 355 kali gempa susulan pascagempa 7 Skala Richter pada Minggu (5/8/2018).
"Hingga Kamis pukul 08.00 WITA, tercatat 355 kali gempa susulan," kata Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Hary Tjatmiko dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dari lebih 300 kali gempa susulan tersebut, gempa yang dirasakan cukup kuat tercatat sebanyak 17 kali.
Periode gempa bumi susulan yang terjadi juga semakin jarang, tercatat sejak Kamis dini hari pukul 00.00 WITA hingga pukul 08.00 WITA gempa terjadi enam kali yaitu masing-masing tiga kali pada pukul 02.00 dan 03.00 WITA.
Gempa bumi 7,0 SR yang melanda Pulau Lombok dan Sumbawa pada Minggu (5/8) juga dirasakan hingga ke Bali dan Jawa Timur.
Gempa tersebut disebut BMKG sebagai gempa utama dari rangkaian gempa yang terjadi di Lombok sebelumnya yaitu pada 29 Juli 2018 yang juga merusak dan menimbulkan korban jiwa. Hal itu didasarkan pada episenternya yang relatif sama.
Hingga Rabu (8/8) BNPB dan BPBD Nusa Tenggara Barat menyebut korban meninggal 131 orang, ratusan lainnya luka-luka dan ribuan rumah rusak.