Bisnis.com, DENPASAR—Laju perekonomian Bali mulai menunjukkan tanda menggembirakan meskipun belum mampu menunjukkan tingkat pertumbuhan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, pada triwulan I/2018, perekonomian Bali mengalami pertumbuhan sebesar 0,09%. Ini menandakan terjadi tren positif jika dibandingkan dengan triwulab I/2016 dan triwulan I/2017 yang masing-masing minus 1,5% dan 1,69%.
Namun, pertumbuhan secara kumulatif pada triwulan pertama ini tercatat 5,68%, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,24%.
Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan situasi ini sudah cukup baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
“Tidak mengembirakan dibandingkan dengan triwulan sama tahun lalu, tapi situasi ini cukup baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pastinya secara triwulanan sudah tumbuh positif,” jelasnya hari ini Senin (7/5/2018).
Sumber pertumbuhan Bali pada triwulan pertama adalah lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang mengalami kenaikan hingga 6,79%. Angka itu menunjukkan pertumbuhan tertinggi dibandingkan lapangan usaha lain seperti akomodasi dan makan minum sebesar 2,84%, dan perdagangan besar dan eceran sebesar 2,77%.
Menurutnya, konstribusi positif lapangan usaha pertambangan dan penggalian karena paska erupsi Gunung Agung, tambang galian C yang sebelumnya ditutup sudah dibuka kembali.
Pusat galian C banyak berada di kaki Gunung Agung sehingga ketika terjadi erupsi ditutup paksa untuk alasan keamanan.
Adi menyakini mulai beroperasinya pusat-pusat galian memberikan dampak positif bagi perekonomian Bali karena memberikan dampak terhadap lapangan usaha lain.
“Pastinya sudah ada pertumbuhan positif. Bahkan, akomodasi serta makanan dan minuman sebelumnya nyari tiarap sekarang mulai hidup kembali dan catat tertinggi,” paparnya
Sementara itu dari struktur ekonomi, Bali masih didominasi oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dengan distribusi sebesar 23,26% atau lebih dari seperempat perkeonimian Bali. Selain itu, diikuti oleh lapangan usaha penyediaan pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 14,28%. Sementara distribusi terbesar pada triwulan I-2018 dari sisi komponen pengeluaran, yaitu, komponen ekspor (57,53%) diikuti konsumsi rumah tangga (46,37%), sedangkan kontribusi dari komponen Impor sebagai komponen pengurang tercatat sebesar 44,87%.