Bisnis.com, DENPASAR – Pedagang ayam Bali memilih untuk tidak mengirimkan daging ayam ke pemotong dan pasar selama dua hari, yakni pada 21-22 April 2018, lantaran kurangnya ketersediaan stok di peternak.
Akibat tidak melakukan pengiriman, potensi transaksi yang hilang mencapai Rp5,8 miliar, jika berdasarkan harga jual daging ayam ke pemotong sebesar Rp24.000 per kg.
Pada Sabtu (21/4/2018), pedagang ayam memilih untuk tidak mengirim daging ke wilayah Denpasar dan Badung. Kemudian, pada Minggu (22/4), daging juga tidak dikirim ke wilayah Tabanan.
Sementara itu, untuk daerah lain di Bali pengiriman tetap lancar karena konsumsinya tidak setinggi tiga daerah tersebut.
Ketua Perkumpulan Dagang Ayam (Gada) Bali Kadek Agus Seryawan mengatakan untuk tiga wilayah ini, normalnya dalam sehari jumlah ayam yang dikirim dari peternak ke pemotong mencapai 200 ton. Namun, beberapa bulan terakhir, peternak tidak dapat mencukupi kebutuhan stok hingga terjadi penurunan pengiriman sampai 50% dari kondisi normal.
Adapun peternak berdalih turunnya persediaan daging ayam karena pelarangan pemberian Antibiotic Growth Promoter (AGP) dan pengaruh cuaca yang menyebabkan produksi menurun. Lantaran produksi menurun, Harga Pokok Penjualan (HPP) ayam potong di Bali menembus Rp19.500 per kilogram (kg) sejak Januari 2018.
Padahal, biasanya HPP ayam potong pada tingkat peternak di Bali hanya mencapai Rp17.500 per kg. Peternak pun menjual ayam ke rumah potong di harga Rp24.000 per kg.
Agus pun mengharapkan pemerintah daerah mulai mengatasi persoalan ketersedian daging ayam di Bali yang kian hari makin menipis. Sebab, kondisi ini akan semakin meningkatkan harga jual daging ayam di pasaran yang saat ini sudah menyentuh Rp40.000 per kg.
“Kami tidak mendapat barang, kami mengharapkan dinas terkait untuk mengantisipasi ini karena kita tidak bisa kembali ke kemarin, yang perlu kita antisipasi adalah ke depannya,” ujarnya, Minggu (22/4).
Menurutnya, dengan tidak adanya pasokan ke pemotong dan pasar, akan memberikan waktu ke peternak untuk meningkatkan bobot dan jumlah ayam. Sehingga, pada akhirnya ketersediaan daging ayam akan kembali normal.
“Kami dari pengirim, tidak pernah protes masalah harga, yang kami harapkan adalah ketersediaan barang. Kami libur dua hari ini walaupun kami sebenarnya tidak pernah memilih untuk tidak mengirim,” sebut Agus.
Perwakilan pemotong ayam Bali Ngurah Darma Putra mengungkapkan selama tahun ini sudah terjadi hingga tiga kali kenaikan harga daging. Pihaknya pun meminta agar ada keseimbangan pasar agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi di tatanan harga yang normatif.
“Kalau harga di peternak naik, kami di pemotong juga naik. Tetapi, yang kami inginkan adalah agar kondisi pasar berjalan normal lagi, sampai saat ini ketersediaan sangat minus,” ungkapnya.
Pihaknya pun meminta agar Day Old Chicken (DOC) ditambah jumlahnya untuk mengatasi masalah ini. Darma menilai kondisi kurangnya pasokan daging ayam di Bali tidak hanya disebabkan oleh pelarangan pemberian pakan APG tapi juga karena pemotongan DOC.
“Awal 2017, harga ayam jeblok sehingga ada pemotongan DOC. Kami pikir pemotongan DOC tahun lalu ada hubungan dengan kondisi sekarang,” sebutnya.