Bisnis.com, DENPASAR – Ketua Umum Pengurus Daerah Induk UMKM Indonesia Bali Anak Agung Ngurah Mahendra menilai hanya 30% produk pengusaha lokal yang diserap pasar oleh-oleh di Pulau Dewata.
Menurutnya, produk dominan yang dijual di pasar oleh-oleh Bali justru lebih banyak diproduksi dari luar daerah. Hal ini lantaran, produk China yang lebih murah harganya daripada produk buatan UMKM di Bali.
Bahkan dia menengarai, beberapa pakaian oleh-oleh Bali justru dibuat di China. Pakaian tersebut hanya dilabel dengan Bali untuk mencirikan oleh-oleh dari Pulau Dewata.
Menurutnya, hal ini terjadi lantaran pengusaha yang ingin mencari margin cukup besar. Konsekuensinya adalah menekan modal dengan membeli produk China agar untuk didapat makin besar. Sementara, harga buatan pengusaha lokal Bali masih tinggi karena keterampilan sumber daya manusia yangbkurang dan teknologi yang belum cukup mendukung.
"Karena kalau dapat margin tinggi lebih untung mendatangkan dari China. Pertanyaannya gimana cara produksi supaya tidak impor berarti keterampilan SDM dinaikkan dan alat produksi diganti lebih modern, sebenarnya semua terbaca tapi rumit," katanya kepada Bisnis, Rabu (14/2/2018).
Dia pun mengharapkan pemerintah untuk terus menggencarkan fasilitas pusat logistik berikat untuk UMKM agar mampu berkompetisi dengan negara-negara lainnya. Saat ini fasilitas ini dinilai sudah cukup dirasakan dengan baik oleh pelaku UMKM.
Sementara, pihaknya juga berencana akan membentuk koperasi untuk menampung persoalan UMKM di Bali dan memberi jalan keluar. Koperasi ini rencananya akan menyalurkan produk UMKM ke marketplace yang sudah ada.
Dia juga mengharapkan pemerintah mulai membiayai pakar penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan produk UMKM. Sekaligus juga, melakukan peningkatan teknologi agar kuantitas dan kualitas produk UMKM Bali dapat bersaing.
“Kebetulan pemerintah di Bali Creative Industry, itu yang kita mau sarankan agar dimaksimalkan agar mulitimensdi pengetahuan ada di sana termasuk yang dari ecommerce,” katanya.