Bisnis.com, DENPASAR—Kinerja BPR di Bali hingga triwulan III/2017 mengalami tekanan terlihat dari sejumlah indikator yang menurun.
Berdasarkan data OJK Regional 8 Bali Nusra, total aset BPR hingga September 2017 tercatat senilai Rp13,8 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8,87% (yoy). Angka pertumbuhan itu jauh melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,87% (yoy.)
Dari sisi funding, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat senilai Rp9,2 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 16,31%, lebih rendah dari periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,54% (yoy). Porsi DPK masih didominasi oleh dana mahal yaitu deposito sebesar 73% dengan nominal Rp6,7 triliun, sedangkan tabungan tumbuh 27% dengan nominal senilai Rp2,4 triliun.
“Sumber dana BPR di Bali yang disalurkan melalui kredit tercatat Rp9,5 triliun dengan peningkatan sebesar 8,73% atau Rp762 miliar, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,73%,” jelas Kepala OJK Regional 8 Bali Nusra Hizbullah dalam evaluasi kinerja BPR di Sanur, Rabu (6/12/2017).
Secara komposisi, penyaluran kredit BPR di Bali didominasi oleh kredit produktif sebesar 63,3% (Rp6 triliun), yang terdiri dari Kredit Modal Kerja 48,65% (Rp4,6 triliun) dan kredit investasi 14,6% (Rp1,4 triliun). Selama setahun terakhir, rasio NPL meningkat dari 5,75% menjadi 7,82%. Kontribusi terbesar NPL tersebut berasal dari sektor ekonomi perdagangan, kontruksi dan bukan lapangan usaha lainnya.