Bisnis.com, DENPASAR—Jalur komunikasi antardesa yang masuk kawasan rawan bencana erupsi Gunung Agung saat ini lebih cepat karena keberadaan komunitas Pasemeton Jagabaya atau Pasebaya.
Setelah terjadinya erupsi, Pasebaya Gunung Agung secara aktif melalui radio komunikasi atau handytalky (HT) saling memberikan informasi kondisi yang ada di setiap desa.
Pasebaya yang diketuai oleh I Gede Pawana ini tidak hanya beranggotakan para perbekel tetapi para relawan lain yang memiliki radio komunikasi di 28 desa. Saat ini, Pasebaya masih menumpang di frekuensi Orari dan akan segera beralih ke frekuensi yang khusus.
Meskipun pemilik radio komunikasi terbatas, namun para perbekel berupaya berbagi informasi kepada para warga. Biasanya mereka berkumpul di banjar pada sore hari untuk mendengarkan informasi dari wilayah lain.
“Sebelumnya ada komunitas-komunitas radio, namun selama ini parsial. Setelah kita difasilitasi oleh Orari, dan setelah terbentuk perkumpulan Pasebaya, kita difasilitasi oleh Orari, diberikan fasilitas, jadi masyarakat masuknya satu pintu,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (29/11/207)
Pawana menambahkan melalui jejaring Pasebaya ini, informasi mengenai Gunung Agung lebih akurat dan terkini. Informasi mengenai situasi di wilayah administrasi tingkat desa akan dicek terlebih dahulu sebelum disebarkan melalui radio.
Di samping jejaring melalui radio komunikasi, Pasebaya juga menggunakan jalur komunikasi dengan aplikasi Whatsapp.
Semangat pertama dibentuknya Pasebaya adalah mengedukasi warga mengenai potensi bahaya erupsi Gunung Agung. Namun demikian, tuntutan warga terhadap Pasebaya semakin tinggi, seperti permintaan mengenai bantuan.
Secara pribadi, Pawana memiliki harapan dengan terselenggaranya Pasebaya ini dapat menghimbau masyarakat mengenai ancaman bahaya erupsi. Pawana juga menambahkan bahwa dengan radio komunikasi memungkinkan informasi bisa menjangkau ke tingkat paling bawah.
“Masyarakat mendapat edukasi yang baru untuk menangani potensi bahaya erupsi,” jelasnya.
Pasebaya yang dideklarasikan pada 17 November lalu itu bertujuan untuk memberikan informasi kepada warga, khususnya di 28 desa. Melalui informasi yang diterima warga di wilayah terpapar diharapkan dapat mengurangi dampak bencana erupsi Gunung Agung.
Pada penetapan level tertinggi ini, PVMBG merekomendasikan masyarakat dan pengunjung tidak memasuki zona berbahaya.
PVMBG merekomendasikan zona berbahaya tidak boleh beraktivitas dalam radius 8 km dari puncak dan sektoral barat daya, selatan, tenggara, timur laut, dan utara dalam radius 10 km.