Bisnis.com, DENPASAR — Pasokan gas elpiji ke Bali dalam periode 3 minggu terakhir mengalami keterlambatan akibat faktor cuaca ekstrem.
Kapal pengangkut gas elpiji beberapa kali gagal sandar di Depot LPG Manggis, Kabupaten Karangasem meski sudah berlabuh. Ombak dan alun yang keras membahayakan keamanan kapal dalam proses sandar bongkar muatan.
“Untuk menjaga supply elpiji tetap ada di Bali dan Lombok, Pertamina menjalankan pola supply emergency dengan mengalihkan pengisian skid tank LPG ke depot LPG Banyuwangi. Yang mana kondisi perairan masih lebih memungkinkan untuk skid tank elpiji berlayar,” kata Sales Executive LPG Bali PT. Pertamina (Persero) Rainier Axel Gultom, Rabu (8/8/2018).
Dia menegaskan pola pasokan tersebut tentu tidak sama dengan pola normal. Rainier menuturkan kondisi tersebut menyebabkan waktu dan jarak tempuh skid tank menjadi dua kali lebih lama dan jauh.
Jarak tempuh normal ke Depot Manggis 5-6 jam pulang pergi. Adapun jarak tempuh ke depot elpiji Banyuwangi 10-12 jam pulang pergi. Sehingga hal inilah yang menyebabkan penyaluran LPG dari SPPBE ke agen mengalami pembatasan.
Dia menjelaskan seiring dengan waktu dan cuaca yang sudah mulai membaik, saat ini kita sudah memasuki tahap pemulihan. Kapal sudah mulai bisa sandar secara normal dan pola pasokan normal sudah bisa dijalankan kembali.
Rainier menekankan Pertamina bersama mitra kerjanya (Agen dan SPPBE) berupaya semaksimal mungkin agar kebutuhan elpiji di masyarakat Bali tetap terpenuhi.
Dalam masa pemulihan ini guna memastikan ketersediaan kebutuhan masyarakat akan LPG, maka Pertamina mengadakan pasar murah elpiji 3 Kg secara serentak pada hari Kamis 9 Agustus 2018 di seluruh kecamatan di wilayah Bali yang dijual sesuai dengan HET di wilayah Bali yaitu Rp14,500/tbg.
“Semoga kondisi alam dapat semakin bersahabat dan pelayanan Pertamina dalam memenuhi kebutuhan LPG bagi masyarakat bisa pulih kembali,” jelasnya.