Bisnis.com, DENPASAR--Prospek kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank atau KUPVA BB di Bali pada tahun ini diprediksi akan tumbuh melambat.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali memperkirakan semakin berkembangnya sarana pembayaran non tunai dan banyak wisman yang melakukan penarikan rupiah melalui mesin ATM menyebabkan perlambatan tersebut.
"Perkembangan jumlah KUPVA BB di Bali menunjukkan tren yang positif mengingat perekonomian Bali sebagian besar ditopang oleh industri pariwisata," tutur Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Causa Iman Karana, melalui keterangan tertulis, Selasa (28/2/2017).
Sebagai gambaran umum, sampai dengan Januari 2017, total Penyelenggara KUPVA BB yang tercatat dalam database Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali berjumlah 689 kantor.
Rinciannya,142 Kantor Pusat (KP) dan 547 Kantor Cabang (KC), meningkat 78 kantor atau 13% dibandingkan akhir 2015 sebanyak 611 kantor, dengan masing-masing peningkatan sebanyak 10 KP dan 68 KC. Dominasi sebaran terbesar berada di Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar, dengan masing-masing pangsa sebesar 70%, 12 %, 10%, sisanya 5 % tersebar di Kabupaten Buleleng, Karangasem serta Tabanan dan 3% diluar Bali.
Ditinjau dari nilai transaksi, total nilai transaksi seluruh KUPVA BB di Bali di sepanjang tahun 2015 mencapai Rp29,4 triliun, yang terdiri dari transaksi pembelian sebesar Rp14,7 triliun dan transaksi penjualan sebesar Rp14,7 triliun. Pada 2016, total transaksi jual – beli valas mencapai Rp31 triliun, dengan total pembelian dan penjualan masing-masing sebesar Rp7,2 dan Rp7,4 triliun atau meningkat 5,78%