Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Tekstil di Bali Merosot, Faktor Ini Diduga Jadi Pemicu

Realisasi ekspor industri TPT pada Januari - Mei 2021 senilai Rp22 miliar atau turun 52 persen.
Ilustrasi./Bisnis-Himawan L Nugraha
Ilustrasi./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, DENPASAR - Eksportir tekstil dan produk tekstil (TPT) mengeluhkan tingginya biaya kargo yang berpengaruh pada menurunnya frekuensi pengiriman barang.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Bali Dolly Suthajaya mengatakan pandemi Covid-19 turut berdampak pada menurunnya lalu lintas transportasi udara maupun laut. Hal ini menyebabkan harga kargo pesawat meningkat dan langkanya ketersediaan kontainer untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

"Sebelum pandemi banyak penerbangan ke luar negeri, sehingga ongkos kargo lebih terjangkau. Kalau sekarang lebih menggunakan pesawat khusus logistik, itupun biayanya tinggi dan jarang ada juga," tuturnya kepada Bisnis, Senin (5/7/2021).

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali, realisasi ekspor industri TPT pada Januari - Mei 2021 senilai Rp22 miliar atau turun 52 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sedangkan jika dibandingkan 2019, penurunan tercatat lebih dalam atau mencapai 57 persen.

Menurut Dolly, harga kargo pada transportasi udara kini 100 kali lebih tinggi dibandingkan sebelum adanya pandemi.

Dia mencontohkan ekspor TPT dari Bali ke Amerika membutuhkan ongkos Rp180 juta, sedangkan sebelumnya senilai Rp70 juta dengan kapasitas yang sama yakni 20 feet. Kondisi tersebut menyebabkan harga produk Bali di market ekspor melambung tinggi atau jauh di atas negara eksportir TPT lain.

"Hal ini sangat disayangkan, padahal meski pandemi permintaan dari Amerika itu tetap ada cuma terkendala saat proses pengiriman," tambahnya.

Meskipun ongkos logistik tinggi, sambungnya, industri TPT di Pulau Dewata tetap mengandalkan pasar mancanegara dibandingkan dalam negeri. Sebab, setelah Covid-19 muncul pada Maret 2020 penjualan industri yang disebut sebagai salah satu tulang punggung manufaktur ini telah mencatatkan penurunan hingga 60 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Luh Putu Sugiari
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper