Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumber PAD Baru, Bali dapat Andalkan Pertanian?

Ekonomi Bali diproyeksi masih tertekan seiring belum pulihnya pariwisata meski di daerah berbasis pertanian.
Salah satu implementasi program UMKM Bangkit inisiasi Bank Indonesia Balikpapan./JIBI-Istimewa
Salah satu implementasi program UMKM Bangkit inisiasi Bank Indonesia Balikpapan./JIBI-Istimewa

Bisnis.com, DENPASAR - Perlambatan perekonomian di Bali terus meluas termasuk pada daerah yang tidak menjadikan pariwisata sebagai sektor utama penopang pertumbuhan.  

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari delapan kabupaten dan kota di Bali, tiap wilayah memiliki sektor unggulan yang berbeda.

Untuk Denpasar misalnya, sektor unggulan wilayah ini adalah akomodasi, makan dan minum (akmamin) dengan porsi 28 persen. Lainnya, penyumbang terbesar adalah jasa pendidikan (11 persen) dan sektor konstruksi (10 persen).

Wilayah Badung juga memiliki pendorong ekonomi dari akmamin dengan porsi 19 persen, lainnya adalah transportasi (26 persen), hingga konstruksi (9 persen). Lapangan usaha utama di Gianyar yakni akmamin 26 persen, pertanian (12 persen), dan industri pengolahan (12 persen). Begitu juga dengan Tabanan dengan akmamin 22 persen, pertanian (22 persen), dan konstruksi (10 persen).

Sementara itu, kabupaten lainnya di Bali yang mengandalkan sektor pertanian sebagai lapangan usaha utama seperti Jembrana dengan porsi 21 persen, Buleleng 21 persen, Bangli 27 persen, Karangasem 25 persen, dan Klungkung 21 persen.

I Wayan Rahmanta, Pengamat Ekonomi Universitas Udayana mengatakan dengan realitas kondisi saat ini, Bali masih akan mengalami tekanan. Pasalnya, meski sejumlah daerah tidak mengandalkan sektor pariwisata atau akamin akan tetapi produk pertanian yang jadi andalan juga didistribusikan untuk memasok kebutuhan kawasan wisata.

Secara statistik kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Bali masih sangat rendah. Begitu juga dengan kontribusi pertanian terhadap pendapatan asli daerah (PAD). 

Meskipun demikian, Rahmanta mengatakan daerah di Bali yang mengunggulkan sektor selain pariwisata akan memiliki kontraksi lebih rendah.

"Kabupaten dengan sektor unggulan pertanian nasibnya sama dengan Denpasar maupun Badung, cuma di musim pandemi sekarang minusnya mereka lebih kecil karena masyarakatnya yang mengalami pemutusan hubungan kerja dan lain lain lebih sedikit," katanya kepada Bisnis, Jumat (26/2/2021).

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Bali minus 9,31 persen secara tahunan (year-on-year/YoY).

Rahmanta memproyeksi kabupaten di Bali dengan sektor unggulan pertanian akan mencetak pertumbuhan ekonomi sekitar 3 sampai 4 persen YoY. Kabupaten dengan sektor unggulan pertanian tetap terdampak pandemi COvid-19 karena komoditasnya sebagain besar diserap sektor pariwisata.

"Selain itu sektor perdagangan, konstruksi, dan beberapa yang lain kan tidak tumbuh," katanya.

Sekedar catatan, realisasi pengangguran di Bali selama 2020 meningkat 267,8 persen YoY menjadi 144.500 orang. Denpasar menyumbang jumlah penggangguran 28,6 persen untuk Bali, Badung 18,9 persen, dan Gianyar 15,24 persen. Bangli tetap menjadi daerah dengan penganggguran terendah di Bali dengan jumlah 2.727 orang atau naik 147,01 persen YoY. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler