Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perolehan Devisa di Bali Anjlok 82 Persen jadi US$0,73 Juta pada 2020

Secara kumulatif, kinerja ekspor Bali pada 2020 menunjukkan penurunan sedalam 22,87 persen YoY. Nilai ekspor barang Provinsi Bali pada 2019 tercatat US$591,68 juta, turun menjadi US$456,38 juta pada 2020.
Suasana kawasan wisata Pantai Kuta yang ditutup sementara tampak lengang di Badung, Bali, Minggu (31/5/2020). Salah satu destinasi pariwisata utama di Pulau Dewata tersebut masih ditutup dari aktivitas masyarakat dan kunjungan wisatawan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19./Antara-Fikri Yusuf.
Suasana kawasan wisata Pantai Kuta yang ditutup sementara tampak lengang di Badung, Bali, Minggu (31/5/2020). Salah satu destinasi pariwisata utama di Pulau Dewata tersebut masih ditutup dari aktivitas masyarakat dan kunjungan wisatawan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19./Antara-Fikri Yusuf.

Bisnis.com, DENPASAR — Perolehan devisa Bali mengalami penurunan sebesar 82 persen secara tahunan (year on year/YoY) pada 2020 menjadi US$0,73 juta dari tahun sebelumnya yang senilai US$2.618 juta.

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali M. Setyawan Santoso mengatakan sumber devisa Bali berasal dari dua jenis ekspor yakni barang dan jasa. Ekspor jasa menyumbang porsi devisa lebih tinggi yakni sebesar 90 persen, sisanya adalah ekspor barang.

Di tengah perekonomian 2020 yang terdampak pandemi Covid-19, tidak hanya ekspor jasa Bali yang terganggu, ekspor barang pun terpantau menurun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisatawan mancenegara ke Bali anjlok 83 persen YoY pada 2020 dan wisatawan domestik turun 56,41 persen YoY pada 2020.

Sementara itu, ekspor barang Bali pada 2020 tercatat terkontraksi secara tahunan. Secara kumulatif, kinerja ekspor Bali pada 2020 menunjukkan penurunan sedalam 22,87 persen YoY. Nilai ekspor barang Provinsi Bali pada 2019 tercatat US$591,68 juta, turun menjadi US$456,38 juta pada 2020.

"Ekspor barang masih mengalami pergerakan, sedangkan ekspor jasa kita sangat minim pada 2020," katanya kepada Bisnis, Rabu (24/2/2021).

Menurutnya, pandemi Covid-19 tidak hanya membatasi kunjungan pariwisata tetapi juga ekspor barang sehingga penurunan pun tetap terjadi. Ekspor barang pada 2020 terhambat karena negara tujuan terpapar Covid-19 dan perekonomiannya anjlok. Selain itu, selama pandemi, transportasi pengangkut cargo juga tidak jalan normal. Belum lagi ditambah dengan sejumlah perusahaan produsen yang terpapar pandemi Covid-19.

Santoso menilai, setelah pandemi berakhir, tidak hanya pariwisata yang akan normal, ekspor barang pun akan kembali berjalan seperti biasa. Hanya, perlu dicatat, peningkatan ekspor barang di Bali tidak akan berdampak besar bagi peroelhan devisa jika tidak dibarengi dengan normalisasi kunjungan wisatawan mancanegara.

"Peningkatan ekspor yang terjadi di Bali belum akan mampu mendorong devisa jika pariwisata luar negeri tidak kunjung normal," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper