Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Hotel di Bali Berharap Ada Dana Talangan

Pariwisata massal yang berfokus pada kuantitas berubah dan tidak lagi bisa dipaksakan dalam era normal baru ini.
Pecalang atau petugas keamanan adat Bali berkoordinasi menggunakan radio komunikasi saat menjaga kawasan yang diisolasi di Desa Padangsambian Klod, Denpasar, Bali, Selasa (26/5/2020). Sebanyak 75 warga di kawasan tersebut tidak diizinkan keluar wilayahnya hingga 8 Juni 2020 menyusul adanya seorang warga positif terjangkit COVID-19 sehingga upaya itu ditargetkan bisa menghentikan penularan virus melalui transmisi lokal./Antara-Nyoman Hendra Wibowo
Pecalang atau petugas keamanan adat Bali berkoordinasi menggunakan radio komunikasi saat menjaga kawasan yang diisolasi di Desa Padangsambian Klod, Denpasar, Bali, Selasa (26/5/2020). Sebanyak 75 warga di kawasan tersebut tidak diizinkan keluar wilayahnya hingga 8 Juni 2020 menyusul adanya seorang warga positif terjangkit COVID-19 sehingga upaya itu ditargetkan bisa menghentikan penularan virus melalui transmisi lokal./Antara-Nyoman Hendra Wibowo

Bisnis.com, DENPASAR - Pengusaha hotel di Bali mengatakan hanya bisa bertahan menghadapi beban akibat Covid-19 hanya sampai akhir Mei dan berhadap ada dana talangan untuk menutup operasional selanjutnya.

I Made Ramia Adnyana GM H Sovereign Bali menuturkan, dana tersebut akan dijadikan sebagai capital fund untuk beroperasi sampai kondisi normal. Pasalnya, beban biaya operasional hotel sangat berat, seperti biaya listrik berkisaran 10 persen, biaya payroll atau overhead sekitar 25 persen dan biaya room cost 10 persen. Total biaya tersebut sudah berkisar 45 persen dan belum biaya F&B, sales & marketing dan other expenses.

“Kalau sekarang kerja short promotion tahun depan baru dinikmati, nah dengan adanya normal baru akan lebih sulit lagi karena volume menjadi sangat kecil dan tentunya akan lebih ribet,” katanya, Senin (25/5/2020).

Normal baru akan menjadi next normal yang ujungnya berhulu pada pariwisata berkualitas. Bali merupakan premium produk jadi dengan normal baru diharapkan daya tarik bisa dijual dengan harga premium. Alhasil pariwisata massal yang berfokus pada kuantitas berubah dan tidak lagi bisa dipaksakan dalam era normal baru ini.

Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Ketut Swabawa menyampaikan penerapan normal ini dengan catatan harus adanya ekosistem yang terintegrasi ketika Pulau Dewata sudah benar-benar dibuka kembali. Sehingga tidak hanya standar hotel yang dibangun, tapi sektor transportasi maupun penyediaan bahan makanan juga harus diberlakukan normal baru.

“Bali tidak tentang industri hotel dan bandara, tapi semua sektor turut berpengaruh dalam normal baru ini,” jelasnya.

Dia menuturkan penerapan normal baru sudah diprediksi dari 3 – 4 tahun lalu ketika munculnya bom Bali. Hanya saja daerah dengan julukan Pulau Seribu Pura ini belum memiliki time frame yang jelas, sehingga Bali belum siap apabila aktivitas industri ada.

“Awal Juni ini baru akan menyentuh tenaga medis dan logistik, tapi untuk pariwisata SOP belum ditetapkan,” tambahnya.

Menurutnya, jika pemerintah telah menetapkan prosedur dan frame yang jelas untuk kembali di bukanya industri pariwisata dengan konsep normal baru serta memberikan pelatihan pada setiap karyawan. Pihaknya optimistis pada Juli 2020 mendatang sektor ini siap beroperasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Luh Putu Sugiari
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper