Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemakaian AC Tinggi, Beban Puncak PLN Bali Tembus 966 MW

Tingginya penggunaan AC akibat cuaca panas di Bali akhir-akhir ini menyebabkan PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali mencatat beban puncak tertinggi mencapai 966 MW pada 6 Desember 2019.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali Nyoman Suwarjoni Astawa
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali Nyoman Suwarjoni Astawa

Bisnis.com, DENPASAR--Tingginya  penggunaan AC akibat cuaca panas di Bali akhir-akhir ini menyebabkan PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali mencatat beban puncak tertinggi mencapai 966 MW pada 6 Desember 2019. 

Sementara rata-rata beban yang ditanggung PLN saat ini mencapai 960 MW dalam kondisi normal. Dibanding tahun lalu, beban puncak dihitung naik mencapai 11%. 

General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali Nyoman Suwarjoni Astawa mengatakan, konsumsi listrik Bali mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan rata-rata 4%.

Kenaikan konsumsi di 2019 sebesar 11% ini dikarenakan faktor cuaca yang panas dan mengakibatkan orang-orang menggunakan AC yang tinggi, apalagi digunakan pada beban puncak. AC saya pikir tidak menjadi barang mewah lagi.

Saat ini sampai di pedesaan, kos-kosan, pun sudah menggunakan AC. Jadi sesuatu yang sudah gampang dicari. Beban puncak rata-rata awal November dan akhir kemarin.

"Biasanya 4 jam saja dan tidak setiap hari pecah. Nantinya Maret dan Oktober puncak panas dan bisa menjadi tertinggi," kata Astawa usai menggelar Media Gathering, Senin (23/12/2019) di Puri Santrian

 Pada 2018 beban puncak yang dicapai PLN Bali tercatat 873 MW.  Dia memprediksi, pada 2020 prediksi konsumsi di Bali bisa mencapai 1.000 MW.

"Beban puncaknya akan lebih dari 1.000 MW. Karena rata-rata beban puncak kita tiap tahun naik sekitar 4%. Jadi tahun depan dimungkinkan naik 40-50 MW. Jadi kalau sekarang 960 MW pasti tembus 1.000 MW," ucapnya. 

Pada tahun depan, pihaknya juga  berharap, kodrat PPA untuk 25x2 MW di Bali timur dan selatan ditangani. Kemudian Tanah Lot Gardu Induk sudah beroperasi dan berharap di semester 1 ini paling tidak detail desain mengenai Jawa-Bali Connection segera selesai. 

"Maka dari itu kita sebenarnya sudah harus menambah kapasitas pembangkit. Pembangkit yang non-BBM jadi gas, kemudian juga ada tambahan menjadi 200 MW. Sebelum Jawa-Bali Connection beroperasi kita akan menambah 100 MW di 2021, 100 MW lagi di 2022 sampai Jawa-Bali Connection beroperasi diperkirakan 2024," harapnya. 

Dalam catatannya, pada 2016 beban puncak PLN mencapai 860 MW namun mengalami penurunan pada 2017 menjadi 851. Hal itu disebabkan karena faktor cuaca dan juga letusan gunung Agung. Cuaca yaitu suhu di Bali turun setengah derajat dari tahun sebelumnya. Sementara pada 2018 juga melihat ada peningkatan karena faktor cuaca pula. 

"Begitu panas, ternyata AC-lah yang membuat pertumbuhan penjualan listrik kita. Jadi begitu tergantung dengan cuaca di Bali. Kalau dari sisi penjualan, tetap didominasi pelanggan Rumah Tangga 82%. Tapi dari sisi daya tersambung pelanggan bisnis hampir sama dengan pelanggan Rumah Tangga. Meski hanya 11%, daya tersambung hampir 41% dari seluruh daya terpasang," jelas dia. 

Jumlah pelanggan di Bali Selatan,sebut dia terutama Badung, dan Denpasar sangat besar. Karena pusat penjualannya berada di daerah-daerah tersebut. 

Sementara Made Arya Manajer Humas PLN menambahkan, pada musim Natal dan Tahun baru diprediksi berada di bawah beban puncak yang sudah tercatat.

"Relatif berada di bawah beban puncak yang beberapa waktu lalu tercatat. Paling tinggi 90% atau 920 MW. Penurunan dikarenakan kantor-kantor relatif sudah tutup. Kalau tahun baru orang lebih banyak di luar. Umat Kristen yang melaksanakan malam Natal biasanya di gereja jadi di rumah-rumah mereka turun pemakaiannya," tambahnya.

Masa siaga Nataru juga sudah dimulai dari 18 Desember sampai 8 Januari. Yang mana terdiri atas 820 personil,  yang disiagakan lalu empat piket tiga ship. Mobil 69 dan motor 13 unit. 

Gardu Induk di Bali pada 2019 pun bertambah satu unit di Pecatu sehingga menjadi 17 GI, setelah sebelumnya 2018 memiliki 16 GI.  Secara keseluruhan, jika melihat dari 2014 pertumbuhan kebutuhan puncak tertinggi menjadi 17% di 2019 ini. 

Bali sendiri memiliki daya mampu listrik sebesar 1.270 MW dari sejumlah pembangkit. Kondisi kelistrikan tersebut dipasok oleh transmisi kabel laut dari Jawa menuju Bali sebesar 360 MW, PLTU Celukan Bawang 380 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Pesanggaran 340 MW, PLTG Gilimanuk 130 MW, dan PLTG Pemaron sebesar 80 MW.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Busrah Ardans
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper