Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah Bersama Mayoritas Kurs Asia Jelang Putusan The Fed

Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (25/7/2017), di tengah depresiasi mayoritas mata uang di Asia.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (25/7/2017), di tengah depresiasi mayoritas mata uang di Asia.

Rupiah ditutup melemah 0,14% atau 18 poin di Rp13.327 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 0,05% atau 7 poin di posisi 13.316.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.313 – Rp13.328 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Senin (24/7), rupiah ditutup terapresiasi 0,03% atau 4 poin di posisi 13.309 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini bersama dengan mayoritas mata uang lainnya di Asia.

Yen Jepang memimpin pelemahan kurs Asia hari ini dengan 0,29%, diikuti oleh baht Thailand yang terdepresiasi 0,15%. Di sisi lain, peso Filipina dan dolar Singapura masing-masing terpantau menguat 0,22% dan 0,04%.

“Beberapa pelaku pasar mungkin mencoba menyesuaikan posisi dolar terhadap mata uang Asia menjelang pertemuan FOMC, sehingga sedikit membebani mata uang regional,” ujar Jitipol
Puksamatanan, pakar strategi Krung Thai Bank, seperti dikutip dari Bloomberg.

The Fed diperkirakan akan tetap mempertahankan arah kebijakannya dalam pertemuan kebijakan yang berakhir pada Rabu (26/7) waktu setempat. Para investor pun menantikan pernyataan yang menyertainya demi mendapatkan petunjuk tentang bagaimana para pembuat kebijakan berencana untuk mulai mengurangi neracanya.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau turun 0,02% atau 0,016 poin ke 93,961 pada pukul 16.45 WIB.

Pagi tadi, indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,06% atau 0,054 poin di level 94,031, setelah pada perdagangan Senin berakhir menguat 0,13% di posisi 93,977.

Sebelum sore ini bergerak negatif, dolar AS sempat merangkak naik dari level terendah 13 bulan, menyusul data manufaktur dan jasa AS yang positif menjelang dimulainya pertemuan kebijakan Federal Reserve.

Pada Senin (24/7), survei indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) dari Markit menunjukkan sektor manufaktur dan jasa AS meningkat di atas ekspektasi, sementara pertumbuhan bisnis zona euro pada awal semester kedua tahun ini melambat.

"Data PMI AS dari Markit berada di atas ekspektasi dan menunjukkan potensi pertumbuhan sementara PMI Eropa turun sedikit di bawah ekspektasi untuk membantu melunakkan euro," kata Matt Simpson, Analis Senior ThinkMarkets, seperti dikutip Reuters.

“Namun, ekspektasi Fed yang sedikit dovish serta Gedung Putih yang tampaknya dalam gejolak kemungkinan akan menekan dolar lebih lanjut,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper